Preman Suruhan AS Kerap mengintimidasi dan Mencuri Hasil Panen Masyarakat

Riau,( Bakinnews ) — Aksi premanisme dan teror kian meresahkan masyarakat Kampar Kiri hilir khususnya di Desa Mentulik.Saat ini banyak orang orang upahan yang coba menteror dan menakut nakuti warga.

Bahkan para preman upahan tersebut merampas secara paksa hasil sawit warga,bahkan tak segan segan melakukan pengancaman.

Salah seorang masyarakat yang kini merasa terintimidasi oleh aksi teror tersebut adalah ibuk S.

Dirinya tidak bisa berbuat apa apa karena merasa ketakutan oleh aksi orang upahan yang diketua oleh Patrick dan Marvel, Bahkan agar masyarakat semakin tak berani melawan karena mereka menyampaikan bahwa para Polisi telah ada dipihak mereka.

Sebab menurut mereka,Bos mereka yang berinsial AS mempunyai baking yang kuat di kepolisian sehingga mereka tidak akan tersentuh oleh hukum.

Tentu pernyataan ini masih perlu diperdebatkan,sebab tidak mungkin Alat Penegak hukum akan berpihak pada prilaku kriminal.

Menurut S yang hasil panennya dirampas oleh orang suruhan AS,kejadian perampasan ini telah berlangsung 3x selama bulan juli ini.

“Kejadian pertama terjadi pada (11/7).Saat itu kebun S didatangi oleh para preman yang membawa senjata tajam.Akibat hal tersebut para pekerja S merasa ketakutan dan tidak berani melawan, Para preman tersebut akhirnya menurunkan 400 KG TBS.Alasannya adalah untuk mengamankan buah tersebut.”

Namun itu semua hanya alasan agar buah tersebut bisa mereka kuasa.

Padahal lahan yang dibeli oleh S ini adalah hasil keringatnya dari pembelian dan penanamanan sendiri lahan.Bukan lahan yang terletak dalam kawasan hutan.

“Apalagi lahan tersebut merupakan hasil dari penanaman sendiri.Dengan begitu kasus pencuriannya akan tetap bisa diproses dengan azas pemisahan horizontal dari Undang Undang Pokok Agraria.

“Aksi perampasan kedua kali terjadi pada (15/7) sekitar pukul 10.00 WIB.Aksi mereka makin berani dan nekat.Para preman suruhan AS melarang pekerja saya untuk melakukan panen.

Mereka mengancam para pekerja sambil membawa sajam, Lagi lagi dibawah komando Patrick dan Marvel.Jumlah para preman kira kira 25 orang.Hasil sawit dari lahan saya sendiri sebanyak 3 ton tidak boleh dibawa keluar.”

“Alasan mengamankan buah dan dibawah ancaman kembali jadi modus mereka, Tapi alasan tersebut agar buah tersebut dapat mereka kuasai.

Sebab dua hari setelah itu hasil kebun kami telah hilang, Menurut para pekerja diambil oleh orang suruhan AS, Apakah memang para preman ini menguasai penegak hukum sehingga mereka bisa berbuat sesuka hati.”

Tentu penderitaan S ini sangat memilukan.Hasil dari kebun milik sendiri malah tidak bisa dipanen.Bahkan dirinya juga merasa dibawah tekanan dan intimidasi.

Penderitaan S makin hari makin parah seperti pemaparan S selanjutnya.

“Pada hari kamis(27/7) para preman yang sama kembali mendatangi kebun saya.Aksi yang sama kembali mereka lakukan.

Meskipun pada hari itu saya coba melawan namun karena jumlah mereka banyak dan membawa parang jadi saya tidak berdaya.”

Apa yang kini dirasakan oleh S membuat masyarakat merasa bahwa penegakan hukum sangat lemah.Jika tidak bagaimana mungkin para preman bisa berbuat leluasa dan sesuka hati.

Padahal sesuai arahan Kapolri Jendral Pol Listyo Sigit bahwa tidak ada tempat dan ruang bagi aksi premanisme.Selain itu Kapolri juga ingin agar Personil Polri bisa jadi pelindung dan pengayom masyarakat secara presisi.

Saat ini masyarakat mentulik menanti upaya tegas aparat penegak hukum untuk menindak aksi premanisme yang dilakukan oleh orang suruhan As, Jangan sampai apa yang kini terjadi bisa memicu konflik sosial ditengah tengah masyarakat yang bisa mengganggu suasana kondusif.

Apalagi apa yang dilakukan oleh AS adalah sebuah perbuatan kriminal dengan mencuri hasil kebun masyarakat, Tidak mungkin oknum AS mempunyai lahan disana.

sebab selama ini AS cuma dikenal sebagai seorang kontraktor proyek pemerintah.Namun kenapa sekarang AS seperti telah jadi ketua dari gerombolan preman yang hanya mengintimidasi masyarakat.**

 

Penulis : Redaksi

Eman Melayu
Author: Eman Melayu
Wa. Pemimpin Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *